Dear You




Sejak hari itu ekspresi kebingungan menimbulkan sayap-sayap baru. Ya sayap itu harusnya sudah lenyap, hilang bersama penantian yang tak pantas, tapi entah kenapa secara perlahan kemunculannya seakan ingin membawaku terbang ke langit yang tak bisa kugapai. Jalan panjang yang kulalui sejak ratusan hari yang lalu seketika menjadi singkat begitu saja, kau berhenti dibelakangku. Aahh sebuah kalimat yang kau ucapkan dengan logat khas pribadimu "permisi boleh saya titip ini?" ternyata mampu membuat frekuensi detak jantungku berdetak lebih damai. Tak perlu menoleh untuk sekedar mengetahui bahwa kaulah pemilik suara itu. Semoga kau tidak membaca apa yang terpancar di bola mataku atau mendengar apa yang kuucapkan dalam hati bahwa kau sedang membuatku tersenyum. Terimakasih meski kutahu kehidiranmu bukanlah karena undangan dariku. Aku senang. Bagiku menyadari bahwa kau hadir di antara lautan manusia adalah suatu hal langka yang patut kusyukuri. 

Kau dan aku berseberangan di satu jalan dan tujuan yang sama di antara mereka, tak bisa kupungkiri selalu saja kucari sosokmu dibalik keterbatasan lensa berbingkai. Tapi apa kau tahu, sekelebat pertanyaan muncul di benakku ketika akhirnya kudapati sosok tanpa ekspresi itu. Kenapa sulit sekali mengetahui apa yang sedang kau rasakan? Terus menerus menebaknya dengan pikiran dalam diriku membuatku bingung sendiri. Sikapmu yang tak pernah bisa kuduga selalu saja menjadikanku kalang kabut. Kedengarannya memang sedikit bodoh tapi itulah yang kurasakan. 

Dan kemarin, untuk yang kedua kalinya kau mengeja namaku setelah enam bulan terakhir. 
Ya sedetik waktu yang mampu mengukir senyum kecil di bibirku. Walaupun sedetik kemudian tak urung semudah mengukirnya semudah itu pula kau menghanyutkannya. Naif bukan? But it's okay, I am Fine :)

Semoga Allah senantiasa menjaga hati hamba-hambaNya. Termasuk hatiku yang kadang out of control.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia yang Teramat Malang

I Miss You