Dia yang Teramat Malang
Dia..
sebuah pelita
Penuntun ribuan kunang-kunang
Yang haus akan cahaya
Dia,
Sebuah lentera
Pelepas dahaga
Jutaan laron putih
Yang tersesat di dinginnya malam
Dia,
pupusss
Malam kelam yang datang bersama kabut
Menjadikannya lilin dengan sisa cahaya redup
Kejamnya badai menggorogoti tubuhnya tanpa ampun
Mencuri semua cahaya bahkan setengah dari tubuhnya
pupusss
Malam kelam yang datang bersama kabut
Menjadikannya lilin dengan sisa cahaya redup
Kejamnya badai menggorogoti tubuhnya tanpa ampun
Mencuri semua cahaya bahkan setengah dari tubuhnya
Sedang
Aku adalah wadah
Aku adalah pohona
Dan aku adalah jalan
Saksi bisu penderitaannya
Jangan sekali-kali jangan
Jangan tanya kenapa!
Tapi siapa!
Siapa yang menjadikannya seperti ini?
Siapa yang menjadikannya lilin?
Kunang-kunang itukah?
Sang laron?
Sang laron?
Atau bayang yang masih samar?
Tampak jelas kebingungan di raut wajahnya
Dia sedih!
Dia sedih!
Tak ada kaki
Tak ada tangan
Juga tak ada bibir
Yang mampu menjadi perisai perlawanan
Bagaimana cara memohon ?
Bagaimana cara menolak ?
dan bagaimana cara meringis kesakitan ?
Saat semua coba membakarnya hidup-hidup!
bahkan setelah ia nyaris terbunuh
oleh buliran bening keputusasaan
bahkan setelah ia nyaris terbunuh
oleh buliran bening keputusasaan
seperti inikah akhir kisahnya ?
Terbakar mati, tak terbakarpun mati
Panas dan pupus
Panas dan pupus
Apa telah menjadi ciri khas dalam dirinya ?
Hingga api yang mengoyak tubuhnya secara perlahan
Hanya menyisakan kumpulan titik beku tak berdaya
Aku langit berbicara!
Aku langit berbicara!
Nf
Setelah tiba waktu penghabisan,Satu harapannya,Tetes demi tetes dari tubuhnya yang tersisa Bisa menjadi pancaran pelita karena ketulusan jiwa. Bukan lagi karena sebuah ancaman bayang yang samar
Komentar
Posting Komentar